PENYERANGAN TERHADAP PATROLI BRIMOB
JAKARTA (Suara Karya): Tindak kekerasan di wilayah Papua makin menjadi-jadi. Giliran polisi yang mendapat serangan dari kelompok bersenjata. Kemarin siang sekelompok orang bersenjata melakukan penyerangan terhadap 13 personel pasukan elite polisi yakni Brimob dari Polda Papua di daerah air terjun Kampung Lumbuk, Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Satu anggota Brimob tewas dan 6 rekannya luka, sementara di pihak penyerang sedikitnya satu tewas.
"Saat ini kasusnya sedang diusut Polda Papua, tapi penyerangnya mencapai sekitar 70 orang dan bersenjata," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (15/4).
Namun, Abubakar tetap menolak memastikan bahwa pelaku penyerangan adalah kelompok bersenjata yang tergabung dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dengan alasan tak ingin berspekulasi dan tengah dalam pengusutan, Abubakar menghindar menyebut kelompok OPM sebagai pelakunya.
Penyerangan itu terjadi siang hari saat 13 personel Brimob berada di Distrik Lumbuk menuju Distrik Tingginambut, Mulia, Kabupaten Puncak Jaya untuk menjemput anggota yang sakit di pos polisi Tingginambut. Ketika itulah kendaraan mereka dihadang dan ditembaki oleh kelompok bersenjata yang tak dikenal.
Akibat tembakan itu, mobil patroli menabrak tebing. Setelah itu, kelompok bersenjata itu menghujani mobil patroli dengan tembakan, yang kemudian dibalas tembakan. Lalu, para penembak itu melarikan diri.
Dalam insiden itu, satu anggota Brimob tewas dan enam lainnya luka-luka. Brigda Dance Musa Aninam tewas dalam perjalanan setelah ditembak pada kepala bagian belakang. Sementara polisi berhasil menewaskan sedikitnya satu pelaku penyerangan. Adapun enam anggota yang terluka adalah Brigadir Kepala Kamarullah Huda, Brigadir Adam Anos, Brigadir Khairuddin Hamid, Brigadir Dua Basri Aneke, Brigadir Dua Roland Patigaja, dan Brigadir Dua Nusram. Keenam orang itu mengalami luka tembak di kepala, punggung, perut, kaki, dan telinga. Mereka kini dirawat di Rumah Sakit Mulia.
Sementara itu, Wakil Bupati Puncak Jaya Hanock Ibo yang dihubungi Antara, Rabu sore, mengakui bahwa saat ini situasi di Mulia agak tegang, namun penghitungan suara tetap dilakukan. "Situasi saat ini agak tegang," kata Hanock. Ia juga menyebutkan, anggota Polres dan Brimob itu ke Tingginambut selain menjemput rekannya yang sakit juga untuk mengambil berita acara penghitungan suara dari Distrik Ilu dan Distrik Ligolikme untuk dibawa ke Mulia.
Akibat seringnya terjadi penyerangan, sejumlah kelompok masyarakat di Papua mendesak Polri untuk mengungkap pelaku di balik berbagai teror, baik sebelum maupun sesudah pemilu. Desakan tersebut disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Rifai Darus. Sikap senada disampaikan Persekutuan Gereja-Gereja Baptis di tanah Papua. Mereka mendesak aparat penegak hukum Polri agar segera mengungkap aktor intelektual dan pelaku tindak kekerasan yang akhir-akhir ini marak terjadi di beberapa wilayah di provinsi tertimur dari NKRI ini. Hal itu disampaikan Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua, Socratez Sofyan Yoman, di Jayapura, Rabu. Menurut dia, berbagai kasus kekerasan itu terencana dan sistematis, dan bisa merusak nilai-nilai perdamaian dan runtuhnya pilar persatuan dan kesatuan serta membumihanguskan berbagai sarana publik.
Dengan munculnya berbagai tindakan kekerasan ini, maka berbagai komponen masyarakat Papua mulai merasa resah dan takut hidup di tanah Papua. Warga masyarakat mulai saling curiga satu sama lain, baik antarorang asli papua sendiri maupun antara masyarakat asli Papua dan saudara-saudara perantau yang telah bertahun-tahun hidup dan beranak cucu di tanah ini.
Sementara itu, Panglima Daerah Militer 17 Cendrawasih Mayjen TNI AY Nasution mengatakan, pelaku teror yang meresahkan masyarakat selama beberapa hari di Papua, termasuk penyerangan tujuh anggota Brimob, bukanlah kriminal biasa. "Saya tidak mengatakan ini separatis atau bukan, tapi yang jelas kerja mereka sangat terorganisasi," kata Mayjen TNI AY Nasution kepada wartawan, kemarin.
Mengenai kebakaran di KPUD Papua, Gubernur Papua Barnabas Suebu mengatakan, tidak ada surat suara yang terbakar atau rusak akibat terbakarnya sebagian kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Papua, Selasa (14/4) malam. "Itu sebetulnya bukan kebakaran, tapi ada hubungan arus pendek dari AC. Jadi, tidak ada kesengajaan dan kebakaran kemudian cepat dapat dipadamkan tadi malam," katanya sambil menjelaskan, ratusan kotak suara yang di dalamnya berisi surat suara masih berada di masing-masing distrik, bahkan belum sampai di kabupaten atau kota. (Hanif S)
Post a Comment