Header Ads

SBY Ingatkan Pentingnya Harmonisasi

MAGELANG-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, diperlukan harmonisasi dalam kehidupan bernegara karena bangsa Indonesia dibangun dari beragam suku, etnis, adat istiadat, dan agama. ”Oleh karena itu, harmonisasi dan kedamaian yang kokoh serta abadi mutlak diperlukan,” katanya saat memberi sambutan dalam Peringatan Waisak 2553 di Taman Lumbini Pelataran Candi Borobudur, Magelang, semalam.
Menurut Presiden, peringatan Waisak bisa mendorong umat Buddha merenungkan nilai-nilai luhur serta hakikat dan makna kehidupan umat Buddha.

”Dengan berpegang teguh pada hal itu, maka umat Buddha bisa memahami makna hidup yang sebenarnya. Hidup yang dicontohkan oleh Sang Buddha akan mencerahkan semua orang dan senantiasa peduli atas penderitaan umat manusia,” tuturnya.

Gubernur Jateng Bibit Waluyo mengatakan, kehadiran Presiden dapat memberikan motivasi untuk membangun Jateng. Sementara itu, Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Hartati Murdaya menerangkan, peringatan Waisak kali ini

bertema ”Bersama Buddha Dharma Kita Tingkatkan Keharmonisan bagi Nusa dan Bangsa” dan subtema ”Hikmah Waisak Membawa Kedamaian bagi Bangsa dan Negara”.

Waisak adalah hari bahagia bagi umat Buddha sedunia untuk kembali merenungkan ajaran suci Sang Buddha Gotama. ”Waisak juga memperkuat kesadaran di tengah kondisi dunia yang semakin tidak menentu dan tidak ada kepastian.”

Dia menambahkan, ajaran tentang jalan menuju kesempurnaan nirvana sesuai dengan jalan dan riwayat hidup Sang Buddha. Hartati menambahkan, perayaan Waisak ini juga dihadiri para biksu dari berbagai negara ASEAN. Perayaan Waisak ini juga dihadiri Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah anggota Kabinet Indonesia Bersatu serta perwakilan dari negara-negara sahabat.

Sementara, ribuan umat Buddha terlihat memadati pelataran Candi Borobudur. Mereka tampak antusias, meskipun hujan deras sempat mengguyur lokasi acara. Acara tersebut juga menarik minat turis asing dan puluhan wartawan mancanegara.

Bahkan, sebagian pengunjung yang tidak mendapat kursi, memilih berdiri sambil mengikuti rangkaian acara. Peringatan itu juga dimeriahkan dengan pementasan sendratari Tilakkhana dan Khisa Gotami.

Pementasan itu merupakan kolaborasi dari enam negara Trail of Civilization seperti Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.

Sumber : Suara Merdeka 10052009

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.